![]() |
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kab Ponorogo Marjono, SP, MMA |
PONOROGO – Metrowilis.com, Pemerintah Kabupaten Ponorogo menargetkan wilayahnya mencapai status zero waste atau bebas sampah pada tahun 2030 mendatang. Target ambisius ini mulai dijalankan secara bertahap, salah satunya dengan menyiapkan teknologi pengolahan sampah super canggih yang dinilai mampu menjadi solusi menyeluruh bagi persoalan sampah di Bumi Reyog.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ponorogo, Marjono, SP., MMA., mengungkapkan bahwa pihaknya telah menemukan alat pengolah sampah berteknologi tinggi yang tidak hanya mampu mengelola sampah menjadi briket, namun juga memungkinkan Ponorogo mencapai kondisi zero sampah.
“Kami tinggal menunggu anggarannya. Alatnya sudah kami temukan dan sangat canggih. Saya yakin, dengan alat itu Ponorogo bisa zero sampah,” ujar Marjono saat dikonfirmasi metrowilis.com di ruang kerjanya, Senin (23/6/2025).
Menurutnya, dibutuhkan sekitar 26 unit alat pengolahan sampah tersebar di berbagai titik strategis seperti pasar-pasar dan kawasan padat penduduk. Dengan begitu, pengolahan bisa dilakukan langsung di lokasi tanpa perlu mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang selama ini menyedot anggaran besar untuk transportasi, armada pengangkut, dan bahan bakar.
“Harga satu unit alat sekitar Rp 5,5 miliar. Tapi setelah itu akan sangat menghemat anggaran karena tidak perlu lagi angkut-angkut sampah. Semua langsung diproses menjadi briket di tempat,” terang Marjono.
Tak hanya itu, Pemkab Ponorogo juga bersiap merelokasi TPA Mrican yang saat ini sudah penuh dan dinilai tidak layak lagi untuk jangka panjang. Lokasi baru berada di sebelah timur area lama dengan luas mencapai 9,5 hektar.
“Lahannya sudah disiapkan, izinnya dari Gubernur sudah turun, dan semoga bulan Juli nanti bisa mulai direalisasikan. Kemarin, saya sudah menghadap ke kementrian. Ini upaya serius kami untuk menyelesaikan persoalan sampah di Ponorogo,” imbuhnya.
Saat ini, pengelolaan sampah di Ponorogo masih dilakukan oleh PT BEST dengan sistem RDF (Refuse Derived Fuel) yang mampu mengelola lebih dari 20 ton sampah setiap hari. Hasil pengolahan berupa RDF tersebut dijual ke Cilegon sebagai bahan bakar alternatif.
Menariknya, keseriusan Ponorogo dalam mengelola sampah juga mengundang perhatian daerah lain. Bupati Karanganyar, Rober Christanto, SE., MM., melakukan studi banding langsung ke TPA Mrican, Jenangan, untuk melihat sistem pengolahan sampah yang diterapkan di sana.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyambut baik kunjungan tersebut. Dalam penjelasannya, Kang Sugiri menyampaikan bahwa sistem pengelolaan yang saat ini berjalan masih versi lama, dan belum menggunakan alat terbaru yang sedang dirancang pengadaannya.
“Meskipun sistemnya masih RDF, kami tetap terus berinovasi. Terima kasih atas kunjungan Bupati Karanganyar, ini menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan di Ponorogo bisa menjadi referensi bagi daerah lain,” ujar Kang Sugiri.
Dengan pengembangan teknologi dan relokasi TPA, Pemkab optimistis program zero sampah 2030 akan bisa terwujud dan menjadi warisan lingkungan yang berharga untuk generasi mendatang.(AZ)
COMMENTS