![]() |
Bupat Ponorogo H Sugiri Sancoko SE MM beserta Hj Susilowati saat kirab pusaka |
Kirab dimulai dari kawasan Makam Batoro Katong di Jalan Niken Gandini dan berakhir di Paseban Alun-Alun Ponorogo. Masyarakat terlihat antusias menyaksikan iring-iringan yang dikemas dalam bentuk pawai lintas budaya dan diikuti langsung oleh Bupati Ponorogo H. Sugiri Sancoko, SE, MM (Kang Giri) beserta istri Hj. Susilowati, para pejabat Muspimda, serta tokoh masyarakat lainnya.
Puncak acara ditandai dengan rebutan buceng porak, yaitu tumpeng raksasa berisi aneka hasil bumi seperti sayur-sayuran, buah-buahan, hingga umbi-umbian (polo pendem). Ribuan warga tampak bersemangat ikut berebut, meyakini keberkahan dari hasil bumi yang dibagikan dalam tradisi tersebut.
Di sepanjang rute kirab, warga juga mendapat kejutan berupa sebaran aneka jajanan dari atas kereta kuda yang ditunggangi oleh Bupati dan rombongan. "Pak Bupati, tolong sebelah sini dikasih!" seru salah seorang warga dari tepi jalan. Kang Giri pun langsung menyambut dengan melempar jajanan ke arah kerumunan, disambut sorak sorai kegembiraan warga.
Kereta kuda yang dinaiki Bupati dan istrinya ditarik oleh enam ekor kuda, menghadirkan kesan megah dan klasik khas warisan budaya masa lalu.
![]() |
Putri Kang Bupati Giri yaitu Jian Ayune Sundul Langit juga ikut Kirab Pusaka dengan membagi bagikan jajanan kepada warga yang menyaksikan |
Dalam kirab tersebut, turut dikirab lima pusaka Kabupaten Ponorogo, yaitu:
Payung Songsong Kyai Tunggul Wulung
Tombak Kiai Tunggul Nogo
Sabuk Angking Cinde Puspito
Kiai Pamong Angon Geni
Tombak Kiai Bromo Geni
Para kepala daerah dari wilayah tetangga pun hadir dalam kirab tersebut, antara lain Bupati Madiun Hari Wuryanto dan istri, Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dan istri, Wali Kota Magelang Damar Prasetyono, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, serta anggota DPR RI Novita Hardini.
"Kami kerawuhan Bupati Nganjuk, Madiun, Ngawi, juga Wali Kota Magelang. Semua komplit bergerak menuju Ponorogo hebat. Biar Mataraman kompak,” ujar Kang Giri di tengah kemeriahan acara.
Ia menjelaskan bahwa Kirab Pusaka bukan sekadar tradisi, melainkan bagian dari memperingati peristiwa penting dalam sejarah Ponorogo, yakni perpindahan pusat pemerintahan ke kawasan kota tengah (lokasi Kantor Pemkab saat ini) pada era Eyang Mertohadi Negoro tahun 1937.
"Setelah dikirab, pusaka-pusaka ini nantinya akan dijamas (dimandikan) sebagai bentuk penghormatan dan upaya merawat warisan leluhur. Setelah itu, disimpan kembali di Rumah Dinas Bupati,” terang Kang Giri.
Grebeg Suro 2025 kembali membuktikan bahwa Ponorogo tak hanya kuat dalam menjaga budaya, tetapi juga kokoh dalam kebersamaan warganya.(AZ)
COMMENTS