Sentuhan Spiritual di Malam Jumat: SISKS Pakoe Boewono XIV Bersilaturahmi ke Mbah Lepo
![]() |
| SISKS Pakoe Boewono XIV Purboyo saat berkunjung ke Tokoh Agama dan Sepiritual Mbah Lepo |
Surakarta, metrowilis.com — Malam Jumat itu, udara Surakarta terasa hangat dan penuh ketenangan. Di sebuah rumah sederhana di sudut kota, tampak suasana penuh makna ketika Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Susuhunan (SISKS) Pakoe Boewono XIV berkunjung ke kediaman Mbah Lepo, ulama kharismatik yang dikenal bijaksana dan disegani lintas kalangan.
Tepat pukul 20.30 WIB, Jumat malam (13/12/2025), Sinuwun datang bersama KRMT Pustokoningrat dan Juru Bicara KPA Singonagoro. Tidak ada protokol berlebihan, tidak pula hiruk-pikuk penyambutan. Hanya senyum hangat Mbah Lepo yang menyambut di ambang pintu—mencerminkan kedekatan batin antara Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan para ulama dan tokoh agama di Kota Bengawan.
Selama hampir satu jam, percakapan hangat mengalir. Antara ulama dan umara, dua tokoh dari dua ranah berbeda namun berpadu dalam semangat yang sama: meneguhkan harmoni dan menebarkan keberkahan bagi masyarakat.
“Banyak pesan yang disampaikan Mbah Lepo, tentang keikhlasan, kebijaksanaan, dan pentingnya pengabdian untuk masyarakat serta budaya Jawa,” tutur KPA Singonagoro selepas pertemuan.
Menurut Singonagoro, kunjungan ini bukan sekadar agenda formal, melainkan ikhtiar spiritual Sinuwun Pakoe Boewono XIV dalam menapaki masa kepemimpinannya sebagai raja Surakarta.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi sekaligus memohon doa restu dari para ulama, agar langkah dan kepemimpinan Sinuwun senantiasa mendapat tuntunan serta keberkahan,” ujarnya.
Tak hanya itu, dalam pertemuan tersebut, Sinuwun juga meminta Mbah Lepo menjadi salah satu penasihat spiritual Karaton. Permintaan yang disambut dengan ketulusan oleh sang ulama sepuh. “Mbah Lepo dikenal sebagai sosok bijak dan rendah hati, sehingga Sinuwun berkenan meminta beliau untuk memberikan nasihat sebagai penasihat,” tambah KPA Singonagoro.
Momen paling menyentuh terjadi di akhir kunjungan. Saat Sinuwun hendak pamit, Mbah Lepo menggandeng tangan beliau dan berjalan bersama hingga ke muka jalan raya. Pemandangan sederhana itu terasa simbolik — sebuah isyarat akan kedekatan spiritual dan penghormatan antara ulama dan raja, antara dunia spiritual dan dunia kepemimpinan.
Langit malam Solo seakan menjadi saksi, ketika dua sosok itu berpisah dengan senyum dan doa. Dalam balutan budaya dan spiritualitas Jawa, malam Jumat itu menandai bukan hanya sebuah pertemuan, melainkan awal dari sinergi antara kebijaksanaan agama dan keagungan adat, untuk masa depan Karaton dan masyarakat Surakarta yang lebih harmoni. (AZ/red)

