Sinergi Pers dan Pemerintah: Sentuhan Hangat Kang Bupati Sugiri di Konferensi, Welas Arso Nahkodai PWI Ponorogo
Ponorogo | Metrowilis.com –
Suasana Planet Warrock Café, Selasa (29/10/2025), berbeda dari biasanya. Aroma kopi yang biasa menguar di ruang itu berpadu dengan semangat para jurnalis Ponorogo yang bersiap menyambut momen penting: Konferensi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Ponorogo. Welas Arso terpilih sebagai Ketua PWI Ponorogo periode 2025-2028 menggantikan Siti Noor Aini.
Namun, yang membuat acara ini terasa lebih istimewa bukan hanya agenda pemilihan ketua baru. Akan tetapi sosok yang duduk di deretan tamu kehormatan sejak pagi — Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, Ketua DPRD Ponorogo Dwi Agus Prayitno SH MSi dan sejumlah tamu undangan penting lainya.
Dalam banyak kegiatan Konferensi, seorang bupati lazimnya hadir tidak dari awal bahkan ada pula yang hanya mengirim perwakilan. Tapi Bupati Sugiri di acara kali ini hadir lebih awal dan menyimak seluruh proses hingga pelantikan pengurus baru. Sebuah hal yang membuat Ketua PWI Jawa Timur, Lutfil Hakim, tak segan menyebutnya sebagai “momen langka di Jawa Timur”.
“Saya sudah berkeliling ke berbagai daerah. Baru kali ini konferensi PWI ditunggui langsung oleh seorang bupati. Ini bentuk perhatian yang luar biasa terhadap dunia pers,” ujar Lutfil
Kehadiran Bupati Sugiri tidak hanya menjadi simbol keakraban antara pemerintah dan jurnalis, tapi juga pesan moral bahwa pemerintah dan media sejatinya berjalan di rel yang sama: melayani publik dengan transparansi dan kejujuran.
Dalam pandangan Lutfil Hakim, perhatian Kang Sugiri pada insan pers tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan kepemimpinannya selama ini.
Ponorogo kini bukan hanya dikenal lewat Reog yang telah diakui UNESCO, tapi juga lewat inovasi pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi yang stabil dengan keberhasilan Ponorogo menjadi bagian dari UCCN.
"Kalau pemerintahnya sudah melompat tinggi, pers juga harus ikut melompat. Jangan sampai tertinggal,” pesan Lutfil, menggambarkan hubungan simbiosis antara pemerintah dan media.
Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim, dikabarkan juga telah menyiapkan pesan khusus bagi ketua baru. “Nama Welas Arso itu berarti Cinta Langit. Saya harap cintanya kepada bumi Ponorogo diwujudkan dalam karya jurnalistik yang jujur dan menyejukkan,” ucapnya dengan gaya khasnya yang penuh metafora.
Dari ruang yang sama, para jurnalis menentukan arah organisasi mereka untuk tiga tahun ke depan. Nama Welas Arso, wartawan Kanal Indonesia, menjadi kandidat kuat dan terpilih sebagai ketua menggantikan Siti Noor Aini.
Prosesnya berlangsung demokratis, dengan semua anggota biasa memiliki hak suara.
Welas Arso dikenal bersahaja, tapi tegas. Di kalangan jurnalis, ia dikenal gemar menyapa semua orang dengan senyum dan sebatang rokok yang belum sempat dinyalakan. Ia berjanji akan memimpin PWI dengan semangat kolektif-kolegial.
“PWI ini rumah kita semua. Saya hanya ingin memastikan rumah ini tetap hangat, terbuka, dan bisa menjadi tempat tumbuhnya jurnalisme yang mencerahkan,” katanya dalam percakapan usai konferensi.
Sementara itu, Bupati Sugiri dalam sambutan reflektif. Ia ingin agar PWI tidak hanya sibuk menulis berita, tapi juga menulis masa depan generasi muda Ponorogo lewat literasi media.
“Foto anak-anak kita di SD atau SMP hari ini adalah potret Ponorogo dua puluh tahun mendatang. PWI harus ikut membentuk karakter dan sopan santun mereka di dunia digital,” ujarnya dalam salah satu pertemuan pra-konferensi.
Sugiri menilai media tidak bisa dipisahkan dari pembangunan peradaban. “Jurnalisme yang beradab adalah benteng terakhir moral bangsa,” katanya.
Konferensi ini tak hanya menjadi rutinitas organisasi, tapi juga simbol kolaborasi besar antara pemerintah, pers, dan masyarakat.
Sejumlah tokoh penting hadir: Ketua DPRD Ponorogo Dwi Agus Prayitno, Anggota DPRD Ribut Riyanto, Dandim 0802/ Ponorogo, Kapolres Ponorogo, Kakan Kemenag, perwakilan perguruan tinggi, rumah sakit daerah, dan pengurus PWI se-Karesidenan Madiun.
Kehadiran mereka menunjukkan bahwa PWI bukan sekadar organisasi profesi, melainkan simpul penting dalam jaringan komunikasi sosial Ponorogo.
Saat hari bergulir dan kursi-kursi mulai terisi, para jurnalis Ponorogo memulai babak baru perjalanan mereka.
Apakah mereka mampu menjaga independensi di tengah arus digital dan tekanan zaman?
Apakah kolaborasi hangat dengan pemerintah ini akan menjadi energi positif bagi tumbuhnya jurnalisme beretika?
Satu hal yang pasti, Selasa pagi itu, Planet Warrock Café tidak hanya menjadi tempat konferensi, tetapi juga saksi lahirnya semangat baru — semangat pers yang bersinergi, beradab, dan berakar pada bumi Reog.(red)
